TEKNIK
BUDIDAYA ARTEMIA SALINA ( Artemia Sp ) DI HATCHERY FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN UNIVERSITAS
TEUKU UMAR
PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Yusrizal
10C10432089

PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2014
TEKNIK
BUDIDAYA ARTEMIA SALINA ( Artemia Sp ) DI HATCHERY FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN UNIVERSITAS
TEUKU UMAR
PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Yusrizal
10C10432089
Proposal Praktek kerja Lapangan
Sebagai Syarat Untuk Melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Judul PKL : Teknik Budidaya Artemia Salina (
Artemia Sp ) di Hatchery Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas
Teuku Umar.
Nama :
Yusrizal.
NIM :
10C10432089.
Prodi :
Perikanan.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Perikanan
Ananingtyas Septia D, S.Pi, M.P
|
Disetujui,
Pembimbing PKL
Erlita, S.Pi
|
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT.
Penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal Kerja Praktek Lapangan. Penyusunan proposal ini merupakan syarat untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan mulai
tanggal 25
Februari s/d 25 Maret 2014 di Hatchery Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Universitas Teuku Umar dengan judul : “Teknik Budidaya Artemia Sp di Hatchery
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar”.
Dalam penulisan
proposal Praktek Kerja Lapangan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Ibu Uswatun Hasanah, M,Si
Selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar.
2.
Ibu Ananingtyas Septia D, S.Pi, M.P Selaku Ketua Prodi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Teuku Umar.
3.
Ibu Erlita,
S.Pi Selaku Dosen Pemimbing.
4.
Teman-teman angkatan 2011 dan semua pihak yang
telah membantu sejak awal penyusunan
proposal praktek Kerja lapangan, hingga tersusunnya proposal ini.
Penulisan proposal ini Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan, yang
mungkin dari segi kata-kata dan dari penyajiannya, oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati, diharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun sehingga
menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Meulaboh, 25 Febuari 2014
Penulis
Daftar isi
Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR................................................................................... .... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. .... ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... .... iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang...................................................................................... .... 1
1.2
Tujuan Praktek Kerja Lapangan........................................................... .... 2
1.3
Manfaat Praktek Kerja Lapangan......................................................... .... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi............................................................................................. .... 4
2.2 Morfologi Artemia .................................................................................... 4
2.3 Habitat ...................................................................................................... 6
2.4 Reproduksi ............................................................................................... 7
2.5 Prospek Pakan Artemia ............................................................................ 7
2.6 Kultur Murni Skala
Labolatorium ............................................................ 7
2.6.1
Tahapan Penetasan Kista Artemia .............................................. 7
2.6.2
Pemisahan Kista Dengan Nauplius ............................................ 8
2.6.3
Proses Dekapsulasi ..................................................................... 8
2.7 Kultur Massal Artemia ......................................................................... .... 9
2.7.1
Kontruksi Bak Untuk Budidaya ................................................ 9
2.7.2
Sistem Pemeliharaan ................................................................... 9
2.7.3
Sistem Penyaring ........................................................................ 9
2.7.4
Pakan Dan Sistem Pemberian Pakan .......................................... 10
2.7.5
Pemeliharaan .............................................................................. 10
2.7.6
Penebaran Dan Pemeliharaan ..................................................... 10
2.7.7
Pemanenan ................................................................................. 10
2.8 Pemanfaatan Pakan Alami ................................................................... .... 11
III. METODELOGI PKL
3.1 Waktu dan Tempat............................................................................... .... 12
3.2 Alat dan Bahan..................................................................................... .... 12
3.3 Metode Pengambilan Data................................................................... .... 12
3.4 Teknik Pengambilan Data.......................................................................... 13
3.4.1
Data Primer............................................................................. .... 13
3.4.2
Data Sekunder........................................................................ .... 14
DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
Gambar 1 Artemia
Sp ........................................................................ 4
2.
Gambar 2
Embrio Muncul .............................................................. 5
3.
Gambar 3
Embrio di Dalam Payung ................................................. 6
4.
Gambar 4
Artemia Jantan Dewasa .................................................. 6
5.
Gambar 5
Artemia Betina Dewasa .................................................. 6
DAFTAR
TABEL
Halaman
1. Tabel 1 Alat dan Bahan
Yang Di Gunakan .............................................. 12
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Artemia merupakan pakan alami yang banyak digunakan
dalam usaha pembenihan ikan dan udang, karena kandungan nutrisinya baik. Akan
tetapi di perairan Indonesia tidak atau belum ditemukan Artemia, sehingga
sampai saat ini Indonesia masih mengimpor Artemia sebanyak 50 ton / tahun,
dimana harganya dalam bentuk kista / telur antara Rp 400.000 – 500.000/kg
(Suara Merdeka, 2002).
Walaupun pakan buatan dalam berbagai jenis telah
berhasil dikembangkan dan cukup tersedia untuk larva ikan dan udang, namun
Artemia masih tetap merupakan bagian yang esensial sebagai pakan larva ikan dan
udang diunit pembenihan. Keberhasilan pembenihan ikan bandeng, kakap dan kerapu
juga memerlukaan ketersediaan Artemia sebagai pakan alami esensialnya, serta dengan
adanya kenyataan bahwa kebutuhan Artemia untuk larva ikan kakap dan kerapu 10
kali lebih banyak dibandingkan dengan larva udang, maka kebutuhan cyste Artemia
pada tahun-tahun mendatang akan semakin meningkat (Raymakers dalam Yunus, et.al,
1994).
Secara umum terdapat dua alasan mengapa penggunaan pakan
hidup alami sepertihalnya Artemia lebih mengutungkan dibandingkan pakan buatan
(pellet, dll) dalam pemeliharaan larva-larva hewan air (ikan dan crustacean),
yaitu :
Buruknya kualitas air mengakibatkan disintegrasi
micropelet yang biasanya pemberian pakan tersebut cenderung berlebihan dengan
tujuan pertumbuhan yang sempurna. Tingginya tingkat mortalitas, mengakibatkan
malnutrisi dan atau penyerapan komponen-komponen nutrisi pakan pellet yang
tidak komplit.
Cyste Artemia yang dibutuhkan sebagian besar masih
diimpor, umumnya dari Amerika Serikat dan hanya sebagian dari China (Yap et.al.
dalam Yunus, et.al, 1994). Tetapi kebanyakan cyste impor yang ada di Indonesia
kualitasnya masih rendah. Sehingga menyebabkan produksi yang beragam dan
kematian masal larva udang. Untuk itu ditempuh jalan untuk dapat membudidayakan
Artemia di tambak secara lokal. Dari hasil budidaya Artemia secara lokal ini
diperoleh beberapa keuntungan yaitu waktu transportasi dan penyimpanan lebih
singkat, pengawasan kualitas pada proses produksi dan pengawasan terhadap
pengelolaan lingkungan tambak budidaya mengarah pada produksi cyste Artemia
lokal yang berkualitas dan aman. Lebih jauh lagi, produksi Artemia lokal dapat
menunjang penghematan devisa melalui subtitusi impor.
Jenis pakan alami yang diberikan pada ikan seharusnya
disesuaikan dengan stadia yang berhubungan dengan ukuran ikan. Dengan demikian
maka akan terdapat klasifikasi jenis pakan alami yang diberikan. Pakan alami
sangat dibutuhkan dunia pembenihan karena pakan alami dapat bergerak aktif dan
sehingga mengundang larva ikan untuk memakannya. Pada larva, setelah kuning
telur habis perlu diberikan tambahan pakan supaya larva tetap mendapat asupan
nutrisi. Masalah yang dihadapi adalah larva belum biasa mendapatkan pakan dan
bukaan mulut larva masih sangat kecil. Gerakan yang dibuat pakan alami
(contohnya : inforia, Dapnia, Artemia) akan merangsang larva memakannya dan
ukurannya yang kecil cocok dengan bukaan mulut larva.
Artemia merupakan pakan alami yang sangat penting dalam
pembenihan ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hias. Ini
terjadi karena Artemia memiliki nilai gizi yang tinggi, serta ukuran yang
sesuai dengan bukaan mulut hampir seluruh jenis larva ikan. Artemia dapat
diterapkan di berbagai pembenihan ikan dan udang, baik itu air laut, payau
maupun tawar.
Berdasarkan hal di atas maka penulis tertarik untuk
mengambil judul “Teknik Budidaya Artemia Salina Di Hachery Fakultas Perikanan
Dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar”.
1.2 Maksud dan Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Maksud dari pelaksanaan praktek kerja
lapangan ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan dan gambaran secara langsung
mengenai Teknik Budidaya Artemia Sp Di
Hatchery Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar.
Tujuan dari praktek kerja lapangan
ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kerja
khususnya mengenai teknik budidaya artemia salina dengan memadukan pengetahuan
yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Manfaat dari praktek kerja lapangan
ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa di
lapangan serta memahami permasalahan yang timbul dalam teknik budidaya artemia
salina, sehingga diharapkan akan dapat melakukan budidaya artemia yang baik,
serta mampu mengatasi permasalahan yang timbul dan nantinya akan menambah
informasi untuk penelitian lebih lanjut tentang pakan alami Artemia Sp.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Klasifikasi Artemia
Artemia merupakan salah satu jenis
crustacea tingkat rendah yang termasuk kedalam:
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustecea
Sub kelas : Brachiopoda
Ordo : Anostraca
Famili : Artomellae
Genus : Artemia
Species : Artemia salina.

Gambar 1. Artemia Sp
Dari genus Artemia dikenal
beberapa species diantaranya Artemia salina, Leach, Artemia parthenogenetica, Artemia
pranciscana Kellog, dan masih banyak species yang
lain.
2.2
Morfologi Artemia
Artemia banyak ditemukan di pasaran dalam bentuk telur istirahat yang
sering disebut kista. Kista ini berbentuk bulatan kecil berwarna coklat,
berdiameter 200-300 mikron dan didalamnya terdapat embrio yang tidak aktif. Ada
beberapa tahap penetasan artemia yaitu tahap hidrasi, tahap pecah cangkang dan
tahap payung (pengeluaran). Artemia yang baru menetas disebut nauplius,
berwarna orange, berbentuk bulat lonjong dengan panjang 400 mikron, lebar 170
mikron dan berat 0,002 mg. Ukuran-ukuran tersebut bervariasi tergantung strainnya.
Nauplius mempunyai sepasang antenulla dan sepasang antenna. Selain itu diantara
antenulla terdapat bintik mata yang disebut dengan ocellus. Sepasang andibula
rudimeter terdapat dibelakang antenna. Sedang labrum (semacam mulut) terdapat
dibagian ventral ( Nybakken, J.1992 ).
Waktu yang diperlukan untuk mencapai
dewasa memerlukan waktu 2-3 minggu. Perubahan morfologis yang mencolok terjadi
setelah masuk instar x. Antena mengalami perubahan sesuai dengan jenis
kelaminnya. Artemia bersifat pemakan segala atau omnivore. Makanan berupa
plankton, detritus, partikelk halus dan jasad renik. Partikel pakan yang dapat
ditelan artemia paling besar 50 mikron. Artemia menggambil pakan dimedia
hidupnya terus menerus sambil berenang.
( Nybakken, J.1992 ).
Dalam lingkungan alam di saat-saat
tertentu dalam setahun Artemia memproduksi cysts yang hanyut di
permukaan air. Dan artemia yang berada di daratan, biasanya disebabkan oleh angin
dan ombak. Cysts ini adalah metabolically tidak aktif dan tidak mengembangkan
lebih lanjut selama mereka tetap kering. Setelah pencelupan dalam laut, yang
cekung dua buah badam cysts hidrat, menjadi bulat, dan di dalam tempurung yang
embrio resumenya terputus oleh metabolisme.
Setelah sekitar
20 hari di luar selaput dari semburan cyst dan embrio muncul, dikelilingi oleh
penggarisan selaput. Sedangkan embrio yang kosong di bawah tempurung (=tahap
“payung”) pembangunan nauplius selesai dan dalam waktu yang singkat penggarisan
selaput dan nauplius pun terlahir ( Santoso
A. 2010 ).
Gambar 2.
Embrio muncul.

Gambar 3. Embrio Di Dalam Payung.
1.
Mata
2.
Antennula
3.
Antena
4.
Rahang Bawah
Larva tahap pertama (instar I; 400-500
μm panjang) memiliki warna coklat-orange, nauplius mata merah di kepala daerah
dan tiga pasang appendages.Antena pertama (berfungsi sebagai sensor), antena
kedua (Berfungsi sebagai penyaring makanan dan locomotory) dan mandibles
(berfungsi mengambil makanan). Kemudian artemia akan berkembang lagi selama beberapa
tahapan hingga dewasa.

Gambar 4. Artemia Jantan
Dewasa Gambar 5. Artemia Betina Dewasa
2.3
Habitat
Artemia satu-satunya genus dalam keluarga Artemiidae. Pertama ditemukan di Lymington, Inggris pada 1755. Artemia ditemukan
di seluruh dunia di pedalaman saltwater danau, tetapi tidak di lautan. Artemia memiliki
sistem asmorgulasi sehingga mampu beradaptasi dengan kisaran salinitas yang
tinggi, selain mempunayai toleransi terhadap salinitas artemia juga mampu mensintesa
haemoglobin untuk mengatasi kandungan oksigen yang rendah pada
salinitas yang tinggi. Adapun kisaran parameter kualitas air untuk
pertumbuhan artemia yang optimal adalah sebagai berikut : Suhu 25 –
30 ºC, pH 7,5 – 8,5, Do 4,0 – 6,5 ( Suriawaria,
U. 1985 ).
2.4
Reproduksi
Menurut Bold. Dan wyne, (1978) perkembangbiakan artemia ada 2 cara yaitu parthenogenesis dan
biseksual. Pada artemia yang termasuk jenis parthogenesis populasi terdiri dari
betina semua yang dapat membentuk telur dan embrio berkembang dari telur yang
tidak terbuahi. Sedangkan artemia dari jenis bisexual yaitu populasi terdiri
dari jantan dan betina yang berkembang melalui perkawinan dan embrio berkembang
dari telur yang dibuahi. Artemia mengalami beberapa fase dalam daur hidupnya
yaitu :dari Kista menjadi nauplius kemudian menjadi artemia dewasa.
2.5
Prospek Pakan Artemia
Pakan alami artemia dalam dunia
perikanan sangat berperan dan memiliki prospek usaha kedepan yang cukup bagus.
Budidaya yang dapat dilakukan secara murni ataupun massal. Selain itu, harga
jual pakan artemia pun dipasaran terbilang mahal sehingga dapat menghasilkan
perekonomian yang tinggi bagi petani yang dapat melakukan budidaya pakan
artemia dengan sukses. Pakan artemia yang lebih sering digunakan bagi budidaya
perikanan yaitu pada saat menjadi larva. Karena nutrisi yang terkandung dalam
pakan artemia terbilang tinggi sehingga dapat membantu pertumbuhan larva
menjadi cepat ( Kordi, K.M.G.H. 2004 ).
2.6
Kultur Murni Skala Laboratorium
Kegiatan kultur murni meliputi
penetasan kista, pemisahan nauplius dari sisa penetasan /cangkang dan
dekapsulasi. ( Dewi, 2007 ).
2.6.1 Tahapan Penetasan Kista
Artemia
·
Kista artemia ditimbang
sebanyak 5 gr untuk 1 liter air
·
Lalu ditempatkan pada wadah
yang transparan berbentuk kerucut yang telah diisi air laut seteril dengan
salinitas 30 permil
· Tambahkan NaHCO3 sebanyak 2 gr/lt
· Media diaerasi kuat dan suhu 25-30 0C dan p H
8,0-9,0
·
Medium disinari kurang lebih 2
jam pertama atau secara kontinyu dengan
intensitas cahaya 1000 lux. Lama waktu penetasan 18-36 jam.
2.6.2 Pemisahan Kista Dengan Nauplius
Menurut Bold. Dan wyne, (1978) Nauplius harus
dipisahkan dari kista yang tidak menetas dan dari cangkang karena dapat sebagai
pembawa bakteri pathogen dan media tumbuhnya parasit menempel. Prinsip
pemisahan dengan memanfaatkan sifat fototaksis positif.
Tahapannya :
·
Kista artemia yang menetas
disaring dengan saringan 120 µm
·
Kemudian dicuci dengan air laut
dan dimasukkan kedalam wadah yang transparan yang disisi air laut
·
Di aerasi dasar selama 15 menit
·
Matikan aerasi dan beri sinar
pada bagian dasar wadah sehingga nauplius akan menggumpul didasar dan kotoran
akan mengapung
·
Setelah 10 menit nauplius
disiphon dan disaring serta dicuci bersih
·
Dekapsulasi
Penetasan juga dapat dilakukan setelah
kista didekapsulasi. Dekapsulasi adalah proses penghilangan lapisan luar kista
nengan menggunakan larutan hipoklorit tanpa mempengaruhi kelangsungan hidup
embrio.
2.6.3 Proses Dekapsulasi
·
Kista yang telah disiapkan
untuk poenetasan dihidrasi dengan air tawar selama 1-2 jam
·
Kista disaring dengan saringan
120 µm dan dicuci bersih
·
Kista siap untuk didekapsulasi
·
Kista dicampur dengan larutan
hipoklorit dan diaduk secara manual serta diaerasi kuat
·
Suhu dipertahankan dibawah
40 0C, jika perlu ditambah es
·
Lama proses dekapsulasi 5-15
menit dengan ditandai perubahan warna kista dari coklat gelap menjadi abu-abu
kemudian orange
·
Kista disaring dengan saringan
120 µm
·
Cuci bersih dengan air laut
hingga bau klorin hilang dan tidak ada sisa busa pada kista
·
Kista diclup 2 kali dalam
larutan HCL 0,1 N dan cuci bersih
·
Kista hasil dekapsul;asi dapat
langsung diberikan ke larva atau disimpan dalam larutan garam jenuh pada suhu
0-4 0C selama 1-6 bulan atau ditetaskan menjadi nauplius.
2.7
Kultur Massal Artemia
Budidaya Biomassa Artemia meliputi
penetasan kista Artemia, pemisahan nauplius dari sisa
penetasan, dekapsulasi, dan budidaya secara intensif ( Dewi, 2007 ).
2.7.1
Kontruksi Bak Untuk
Budidaya
Dapat dibuat dari berbagai bahan :
fiber glass, papan kayu yang dilapisi plastik, bak semen dan lainya Bak dibuat
dengan sudut-sudut lengkung untuk menjamin kelancaran sirkulasi air. Tinggi air
efektif tidak lebih dari 100 cm.
2.7.2
Sistem Pemeliharaan
Pemeliharaan dapat menggunakan sistem
air berputar atau air mengalir. Sistem air berputar lebih efisien dalam
pemanfaatan air sehingga keperluan penerapannya lebih luas. Untuk mendapatkan
biomasa Artemia maka nauplius artemia dikultur beberapa hari. Lama pemeliharaan
tergantung dari ukuran yang dikehendaki.
2.7.3
Sistem Penyaring
Untuk sistem menggunakan air berputar
jarang dilakukan pergantian air bahkan tidak diganti sama sekali, dengan
demikian akan terjadi akumulasi metabolit Artemia, sisa pakan
dan sisa dari aktivitas ganti kulit. Sistem penyaringan pada budidaya air
berputar menggunakan tiga sistem penyaringan yaitu : plat pemisah, tabung
penyaring, kisi-kisi penyaring.
2.7.4
Pakan Dan Sistem
Pemberian Pakan
Bekatul merupakan pakan utama dalam
biomasa Artemia. Ukuran bekatul yang diberikan harus sesuai
dengan mulutnya. Untuk meningkatkan kualitas pakan agar dihasilkan biomassa
artemia yang mempunyai nutrisi tinggi dapat digunakan beberapa konbinasi pakan
antara lain : tepung beras, tepung maizena, tepung kedelai dan lain-lain.
2.7.5
Pemeliharaan
Penetasan artemia : Menggunakan wadah
berbentuk corong atau bila sedikat bisa dengan ember corong. Penetasan dapat
dilakukan secara langsung maupun dengan dekapsulasi terlebih dahulu dengan
chlorin. Agar daya tetasnya baik kepadatan kista tidak lebih dari 2gr/lt,
salinitas 15-35 ppt, suhu air 25-28 0C. Untuk penetasan
langsung, sebelum kista dimasukkan ke bak penetasan, kista direndam dengan air
tawar untuk mempercepat hidrasi.
2.7.6 Penebaran Dan Pemeliharaan
Kista akan menetas kurang lebih
setelah 24 jam, selanjutnya nauplius hasil penetasan dipanen untuk ditebar di
bak pemeliharaan, dengan menggunakan saringan 125 mikron berbentuk kantong.
Pemberian pakan dilakukan setelah mulut dan saluran pencernaan nauplius terbuka
yaitu instar II. Pemberian pakan dimulai mulai esok harinya. Pakan yang diberikan
pakan hidup maupun pakan tambahan. Pakan hidup yang dapat diberikan golongan
Diatom, Chlorophyta, dan Chryshophyseae. Pakan tambahan antara lain : Tepung
spirulina, tepung roti, ragi bir, ragi laut, bekatul, terigu mezina, tepung
kedelai dan tepung ikan.
2.7.7 Pemanenan
Artemia akan mencapai ukuran dewasa setelah mencapai umur sekitar 15 hari.
Pada umur tersebut Artemia mencapai ukuran maksimal. Akan
tetapi pemanenan dapat dilakukan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
Pemanenan dapat dilakukan secara total atau sebagian.
Cara pemanenan : Pemanenan dengan mematikan aerasi
1.
Tunggu sampai Artemia naik
kepermukaan
2.
Panen dengan menggunakan
scopnet
3.
Cuci dengan air laut bersih
4.
Selanjutnya dapat langsung
digunakan atau di bekukan, dikeringkan ditepung.
Hasil panen dengan menggunakan sistem
air berputar dapat mencapai 2-5 kg/m3 media budidaya, sedangkan
pakan yang digunakan berkisar 4-6 kg/m3 media budidaya.
2.8
Pemanfaatan Pakan
Artemia
Menurut Chumadi. MS. (1990). Artemia digunakan dalam dunia
perikanan yaitu untuk memenuhi kebutuhan pakan larva ikan dan udang. Artemia
sp adalah jasad renik berupa cc. Hingga sekarang, Indonesia masih
mengimpor Artemia sp untuk memenuhi kebutuhan panti-panti
pembenihan ikan dan udang. Masalah utama mengganggu dalam hal penggunaan Artemia
sp adalah persediaannya yang masih terbatas di pasaran, sedangkan
permintaan terus meningkat. Salah satu faktor ketersediaan Artemia sp adalah
keberhasilan penetasan Artemia sp, dimana tergantung dari proses
pelepasan cangkang melalui teknik dekapsulasi.
III. METODELOGI PKL
3.1 Waktu dan Tempat
Praktek
Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan
pada tanggal 25 Februari s/d 25 Maret 2014 di Hatchery Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
dan Bahan yang di gunakan dalam kegiatan PKL di Hatchery Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar antara lain seperti yang tercantum dalam
tabel di bawah ini :
Tabel 1. Alat
dan Bahan yang digunakan dalam melakukan praktek kerja lapangan di Hachery FPIK.
No
|
Alat
|
Bahan
|
1
|
Bak Fiber
|
Kista Artemia
|
2
|
Aerator
|
Kaporit
|
3
|
Baskom
|
Tiosulfat
|
4
|
Saringan Artemia
|
Urea
|
5
|
Pengaduk
|
TSP
|
6
|
Timba
|
Air Tawar
|
7
|
Timbangan
|
Air Laut
|
8
|
Termometer
|
NaOH
|
3.3 Metode Pengambilan Data
Metode yang dipakai dalam praktek kerja lapangan ini
adalah metode deskriptif. metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk
melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau
bidang tertentu, dalam hal ini bidang perikanan secara aktual dan cermat
(Hasan, 2002).
3.4 Teknik Pengambilan Data
Teknik yang dipakai dalam praktek lapangan ini dengan
mengabil dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
didapat dari obsevasi, wawancara dan partisipasi aktif, sedangkan data sekunder
didapat dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu.
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang
bersangkutan yang memerlukanya. Data ini diperoleh secara langsung dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi, wawancara dan
partisipasi aktif (Hasan, 2002).
a.
Observasi
Menurut Surachmad (1978), observasi adalah pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang diselidiki. Dalam praktek
kerja lapangan ini observasi dilakukan terhadap berbagai kegiatan budidaya Artemia Sp.
b.
Wawancara
Wawancara adalah suatu cara
pengambilan data yang digunakan untuk memperolah informasi langsung dari
sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden
secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapa faktor yang
akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu :
pewawancaraan, responden, pedoman
wawancara, dan situasi wawancara (Riduwan, 2002). Wawancara pada praktek kerja
lapangan ini meliputi sejarah berdirinya Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan (
FPIK ) hasil yang dicapai dan lain sebagainya.
c.
Partisifasi Aktif
Bentuk partisifasi aktif ini
merupakan suatu kegiatan dimana kita turut serat secara langsung dalam semua
kegiatan yang berkaitan dengan budidaya Artemia
Sp.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah
data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari
sumber-sumber yang telah ada. Data ini, biasanya diperoleh dari perpustakaan
atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu. Data sekunder disebut juga data
tersedia.
Dalam praktek kerja lapangan ini data sekunder diperoleh
dari laporan-laporan pustaka yang menunjang, serta data yang diperoleh dari
lembaga pemerintah, pihak swasta yang berhubungan maupun masyarakat yang
terkait dengan budidaya Artemia Sp (Hasan,
2002).
DAFTAR PUSTAKA
Bold. Dan wyne, 1978. Teknik Budidaya Artemia Sp. Agro Media.
Pustaka. Jakarta.
Chumadi. MS. 1990. Petunjuk Teknik Budidaya Pakan Alamai Ikan
Dan Udang Pusat Penelitian dan pengembangan Perikanan. PHP/KAN/12/1990
Jakarta.
Dewi, 2007. Teknik kultur Artemia Sp. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Hasan, 1. 2002. Pokok- pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
Kordi, K.M.G.H.2004.Pakan Ikan.Penerbit P.T Parca. Jakarta.
Nybakkan, J.1992. Biologi Laut ; Suatu Pendekatan Ekologi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Priyamboko,
200. Makanan Ikan. Penerbit
Penebar Swadaya. Jakarta.
Raymakers
dalam Yunus, et.al, 1994. Peningkatan Kista
Artemia. Penerbit P.T Parca.
Jakarta.
Riduwan, 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian Alfabeta. Bandung.
Santoso A. 2010. Produksi Artemia Sp. yang Dikultur dengan Perlakuan Manipulasi
Fotoperi. Skripsi. Bogor: Departeman Budidaya Perikanan, Fakultas Perikan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Suara
Merdeka, 2002. Pembenihan Zooplankton. Agro Media. Jakarta.
Surachmad, W. 1978. Pengantar Penelitian Ilmiah-Dasar Metode Teknik. Penerbit Tarsito.
Bandung.
Suriawaria, U. 1985. Pengantar
Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung.
Yap
et.al. dalam Yunus, et.al, 1994. Teknik Kultur Artemia Sp. Agro Media. Pustaka.
Jakarta.
